Pengorganisasi Dan Mobilisasi Massa
Sejak krisis ekonomi di Indonesia yang mencapai
puncaknya di tahun 1998, penderitaan rakyat semakin bertambah. Menariknya
bahwa krisis ekonomi ini terjadi seiring dengan terjadinya krisis politik.
Inilah yang menyebabkan bahwa krisis ekonomi justru mendorong massa rakyat
bangkit melawan. Puncaknya adalah turunya Suharto dari kursi presiden.
Kini demonstrasi-demonstrasi tidak lagi ekslusif milik mahasiswa ataupun
kaum buruh pabrik yang telah lebih dahulu bangkit melawan. Saat ini hampir
seluruh sektor melakukan peralawanan dengan cara aksi massa sebagai alat
untuk mendapatkan kepentingan mereka.
Kebijakan ekonomi Gus Dur yang merugikan rakyat
seperti pencabutan subsidi rakyat dll juga telah menimbulkan gejolak yang
masif di rakyat. Perlawanan terhadap pemerintah juga terlihat semakin lama
semakin masif, terakhir seperti yang ditunjukan oleh kaum guru.
Partai-partai politik dan parlemen sama sekali tidak
bersikap atas penderitaan ini. Bahkan mereka turut serta menghasilkan kebijakan
ini (misal kebijakan pencabutan subsidi). Rakyat mulai disadarkan bahwa
partai-partai politik (termasuk partai-partai politik popular seperti
PDI-P, PAN) tidaklah berpihak kepada mereka. Rakyat sadar bahwa
tokoh-tokoh politik (Mega, Amien Rais) adalah tokoh-tokoh “Reformis”
gadungan.
Sejak kejatuhan Suharto hingga pemerintahan Gus Dur
saat ini ruang kebebasan semakin terbuka. Seiring dengan adanya sedikit
kebebasan ini, metode mobilisasi/penherhan massa bukan saja menjadi milik
kaum revolusioner atau radikal, demokrat melainkan kalangan oportunis,
reaksioner, borjuispun menggunakan metode mobilisasi massa. Bahkan bukan
saja mobilisasi massa melainkan juga pendirian wadah-wadah massa permanen
juga dilakukan oleh kalangan non kita. Dari mulai LSM, kelompok-kelompok
demokrat non partisan hingga partai-partai politik dan kekuatan orde baru
telah mulai membangun wadah-wadah massa.
Walaupun demikian sebenarnya perkembangan subjektif
gerakan jauh-jauh tertinggal di belakang perlawanan spontan massa rakyat.
Gerakan spontan massa yang tidak oleh kita menyebabkan : Pertama, aksi-aksi/mobilisasi/demonstrasi
tidak menghasilkan wadah perjuangan massa secara permanen. Kedua, mereka
akan dikuasai oleh kelompok lain non kita, bahkan digerakan ke arah
reaksioner. Ketiga, tanpa dipimpin oleh kita aksi ini tidak
menghasilkan kesadaran yang lebih maju lagi, bahkan propaganda borjuasi
menjadi kesadaran mereka secara umum. Misalnya saja aksi guru kemarin yang
juga menyisipkan tuntutan penolakan pencabutan Tap MPRS No 25 tentang
pelarangan ML yang diusulkan Gus Dur.
Terakhir situasi perkembangan gerakan rakyat ada
satu potensi diman kita dapat menggerakan rakyat secara besar. Kebijakan
pemerintahan Gus Dur (akibat tekanan Imperialis via IMF) seperti menaikan
tunjangan pejabat hingga 2000% telah membawa kemarahan PNS (khususnya kaum
guru). Potensi bergeraknya rakyat pekerja akibat kebijakan kenaikan upah
yang sangat kecil juga ada dihadapan mata. Begitu pula dengan mahasiswa
dengan adanya pengurangan subsidi pendidikan. Sementara kaum tani potensi
seperti subsidi pupuk, pajak impor beras yang rendah yang menghancurkan
harga gabah. Dan yang paling menyangkut secara luas adalah rencana
kenaikan BBM (walaupun akhirnya ditunda). Artinya potensi untuk dapat
menggerakan massa secara besar dengan isu diatas sangat mungkin menjadi
kenyataan. Jadi pengorganisiran mobilisasi massa bukan saja ditujukan
untuk menggerakan massa satu kampung, pabrik, kampus, desa, melainkan juga
pengorganisiran massa seluruh kampung, pabrik, desa, dan kampus juga
menjadi tugas mendesak kita. Tentu saja tujuan kita bukan hanya untuk
menggerakan semata melainkan membangun kekuatan mereka yang dipimin oleh
kita.
Berdasarkan kondisi diatas, maka tugas mendesak kita saat ini adalah :
- Mengorganisir, memobilisasi, menggerakan dan memimpin perlawanan mereka (baik dalam satu isu khusus/lokal :kampung, pabrik, desa, kampus hingga isu umum sektoral bahkan isu umum yang lintas sektor).
- Membentuk wadah-wadah perlawanan massa permanent.Wadah-wadah permanen ini bila berhasil dijaga dan terus diperbesar akan menjadi kekuatan pelopor kita untuk menggerakan massa secara lebih besar lagi.
- Mempercepat pengkaderan (rekruitment).
Ketiga proses diatas
dilakukan secara bersamaan. Sambil kita mengagitasi dan membuat struktur perlawanan.
Prinsip pengorganisiran :
I. Agitasi/Propaganda/Kampanye.
Keberhasilan
sebuah aksi yang besar dan direncanakan akan sangat tergantung (apalagi bagi
organisasi yang masih kecil) dari keberhasilan kerja-kerja
agitasi/propaganda/kampanye yang didasarkan pada tuntutan umum massa yang tidak
mau dipenuhi oleh pemerintah (lain halnya dengan aksi massa besar yang spontan akibat
ledakan, yang tidak mungkin diperkirakan). Keberhasilan dari kerja-kerja ini
terlihat dari:
·
Terbangunya
atmosfir isu-isu atau tuntutan-tuntutan yang dipropagandakan.
·
Kesiapan
(dukungan) massa secara luas untuk terlibat dalam rencana aksi (termasuk
menarik aliansi/sekutu/kelompok).
·
Kesiapan
subjektif organisasi memimpin aksi ini.
·
Reaksi
pemerintah.
·
(Bila
aksinya terbuka) maka tanggal aksi (serta tempat aksi) juga menjadi popular di
massa.
Semua alat-alat propaganda harus selalu dihubungkan dengan
perluasaan propaganda isu yang kita pergunakan untuk aksi. Jadi setelah
disepakati isunya, maka semua terbitan, poster, statement, diskusi, seminar,
selebaran, grafity action (corat-coret) harus dihubungkan dengan hal diatas.
II.
Pengorganisiran
Kerja-kerja propaganda
dan agitasi harus juga sejalan dengan pengorganisiran massa guna persiapan aksi
tersebut. Artinya seluruh pengorganisiran massa harus dipergunakan “nantinya”
untuk kekuatan aksi yang kita selenggarakan.
Secara umum “organiser”aksi
ini harus terwujud secara massal. Dari mulai mengkonsolidasikan basis
kita yang sudah terorganiser hingga perluasaanya. Ini harus menjadi tugas
pekerjaan/pengorganisiran bukan saja bagi kader melainkan setiap massa yang
terlibat aktif dalam rencana aksi. Sejak awal pengorganisiran harus terbangun
jaringan agen/koordinator pengorganisiran (yang akan diperbaiki dalam setiap
perkembangan pengorganisiran). Secara ekstrem dapat dikatakan “setiap
hari” harus ada tambahan jumlah massa yang bisa diajak aktif untuk
acara ini (menjadi organiser). “Setiap hari” harus ada tambahan
kontak baru yang mau mengkonsolidasikan tempatnya (tempat tinggal/kerja) untuk
diajak ikut rencana aksi ini. “Setiap hari” harus ada kontak perluasaan
daerah basis yang bisa diajak dan aktif membangun kekuatan dibasis daerahnya.
umlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak), semua laporan perkota dan basis diatas)dilaporkan kembali
Laporan kekuatan massa pelopor untuk memimpin/mendorong massa dalam kota/basis terlibat dalam aks
Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya
Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum kaum buruh maupun non buruh
Respon penguasa, penduduk setempat, aparat dan pemerintah.
Evaluasi pengorganisiran
Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
Rencana kedepan (hingga pertemuan wilayah).
umlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak), semua laporan perkota dan basis diatas)dilaporkan kembali
Laporan kekuatan massa pelopor untuk memimpin/mendorong massa dalam kota/basis terlibat dalam aks
Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya
Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum kaum buruh maupun non buruh
Respon penguasa, penduduk setempat, aparat dan pemerintah.
Evaluasi pengorganisiran
Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
Rencana kedepan (hingga pertemuan wilayah).
Rapat Umum (semua koordinator dari seluruh tingkatan)
Menjelang hari H akan
ada pertemuan besar (seluruh koordinator hingga koordinator terkecil untuk
mencek kesiapan massa).
Taktik Strategi Atas :
Pada saat ini sangat mungkin untuk mempergunakan strategi
atas untuk mendukung dan memaksimalkan kerja-kerja dibawah. Yang dimaksud
strategi atas disini bukan saja persoalan kampanye (seperti dalam bentuk
seminar terbuka) melainkan melakukan seruan aksi nasional terbuka jauh-jauh
hari. Kita tidak akan melakukan ini jika tidak terlihat kesiapan hasil kerja
kawan-kawan di pengorganisiran. Setelah dilihat kesiapan untuk melakukan
mobilisasi umum nasional/wilayah, maka pimpinan pusat/wilayah akan mengeluarkan
seruan terbuka tentang aksi itu. Ini dilakukan juga paling cepat satu bulan
sebelum aksi dilakukan. Setelah ini harus dilakukan dukungan dari daerah-daerah
baik berupa konferensi pers maupun aksi agar terlihat kebesaran dari rencana
aksi nasional. Dukungan juga harus datang dari organisasi lain : Mahasiswa,
LBH, LSM hingga partai-partai dan tokoh-tokoh. Adanya tanggapan dari pemerintah
biasanya akan justru mendorong kampanye kita (memperluas atmosfir agitasi
propaganda kita). Kerja-kerja pengorganisiran di bawah dapat lebih terdorong
lagi. Walaupun kemungkinan represif dan kontra aksi akan dilakukan aparat
keamanan, pengusaha dan pemerintah.
Lain-Lain : Seminar,
talk show dll.
Aliansi/Front
Kesiapan kita untuk melakukan mobilisasi massa umum harus
dilakukan sesuai dengan target kita. Cara-cara yang dipergunakan dalam
aliansi/front harus diusahakan semua tuntutan, program dan taktik kita dapat
diterima. Melihat watak kelompok-kelompok massa yang ada. Aliansi/front akan
sangat mungkin terbentuk/terdorong jika kita berhasil melakukan pra kondisi.
Dengan cara mempelopori pra kondisi kita juga dapat memimpin.
Aksi Pra Kondisi :
Aksi pra kondisi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat
tingkat konsolidasi dan persiapan massa sebelum aksi. Aksi yang terpenting
adalah aksi rally, demo, rapat akbar di satu kawasan/kota. Jadi aksinya di
basis massa. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja propaganda dan mencek
tingkat dukungan massa dan latihan bagi mobilisasi pada hari H nantinya.
Sebelum aksi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan kampanye baik dalam
strategi bawah (pengorganisiran, selebaran) maupun strategi atas : Konferensi
pers atau kalau perlu ada aksi awal dengan mengadakan aksi mendatangi DPR,
Depnaker dll.
Catatan tentang front :
Bila front berhasil terbentuk maka kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan atas
nama front termasuk siapa yang menyerukan aksi (nasional) dan dukungan daerah.
Tetapi yang harus diingat kita tetap harus menjalankan program kita dan
independen terhadap taktik kita bila front tidak menyetujui ini mejadi
keputusan mengikat.
Seluruh kerja diatas harus dapat dikontrol secara penuh
oleh partai. Kontrol disini bukan saja dimaksudkan untuk menerima laporan kerja
kawan-kawan melainkan juga memberikan arahan secara regular dan konsisten dan
membantu pekerjaan ini secara sistematis. Semua kerja-kerja di pengorganisiran
(pabrik, kota, wilayah) harus dilaporkan secara rutin hingga kepusat. Hingga
jauh-jauh hari sebelum hari H sudah bisa dilihat kesiapan dan kemungkinan
keberhasilan aksi tersebut.
Semua tindakan kerja-kerja pengorganisiran (dalam setiap
pertemuan dan diskusi massa) dilakukan dalam satu gerak yang sama yaitu:
- Agitasi dan propaganda : agitasi isu, propaganda untuk bersatu, tuntut ke pemerintah.
- Kondisi basis (tempat kerja/tinggal) dan massa (untuk menetapkan taktik pengorganisiran) : jumlah massa, geopolitik basis, isu/tuntutan/persoalan basis.
- Peremuan berikut di basis-basis yang lebih kecil.
- Pemilihan koordinator sementara.
- Ada absensi.
- Seruan untuk mengajak kontak dalam pertemuan massa berikut.
- Kerjaan ini terus dilakukan berulang-ulang di setiap basis baru hingga menjelang hari H.
Catatan : Bila satu basis telah terkonsolidasi
maka pertemuan-pertemuan massa di basis dapat dihentikan dan digantikan hanya
dengan tugas penyebaran bacaan dan mencari kontak di tempat lain. Tetapi
pertemuan seluruh koordinator dalam satu basis tetap dilakukan.
A.
Pertemuan koordinator dibasis yang paling kecil: pabrik/kampung/desa/kampus :
Laporan (ditulis) :
- Jumlah kumpulan (sesuai dengan struktur mobilisasi), berapa massa yang hadir dalam kumpulan (dari absensi). Dari kumpulan yang ada berapa % kemampuan untuk memobilisasi massa di basis tersebut.
- Jumlah selebaran/poster yang didistribusikan dan corat-coret yang dilakukan.
- Respon/tanggapan/usulan massa dan respon penguasa
- Kontak massa lain yang ikut kumpulan.
- Rencana pengorganisiran berikut/perluasan.
- Evaluasi pengorganisran
- Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya
- Rencana ke depan (hingga pertemuan kota/wilayah terdekat).
- Lain-lain
B. Pertemuan kota/wilayah (pertemuan
koordinator-koordinator basis terkecil) :
Laporan Per
kota (ditulis) :
Geo-politik : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa kota , peta geo-politik kota, lokasi kekuatan massa yang telah terorganisir, lokasi-lokasi basis strategi (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, aparat, rute-rute jalan, transportasi dll.
Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak): semua laporan basis terkecil dilaporkan kembali
Laporan kekuatan massa kepeloporan untuk memimpin/mendorong seluruh massa dalam satu “kota/lokasi” terlibat.
Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya
Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum
Respon massa setempat dan aparat.
Evaluasi pengorganisiran.
Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
Rencana ke depan (hingga pertemuan wilayah)
Geo-politik : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa kota , peta geo-politik kota, lokasi kekuatan massa yang telah terorganisir, lokasi-lokasi basis strategi (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, aparat, rute-rute jalan, transportasi dll.
Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak): semua laporan basis terkecil dilaporkan kembali
Laporan kekuatan massa kepeloporan untuk memimpin/mendorong seluruh massa dalam satu “kota/lokasi” terlibat.
Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya
Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum
Respon massa setempat dan aparat.
Evaluasi pengorganisiran.
Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
Rencana ke depan (hingga pertemuan wilayah)
C. Pertemuan wilayah (pertemuan koordinator
kota yang bisa diperluas melibatkan
koordintor basis).
Laporan wilayah (ditulis) :
Geo politik wilayah : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa wilyah, peta geo-politik wilayah, lokasi kekuatan kota-kota yang di organisir, lokasi-lokasi kota strategis (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, penguasa, aparat, rute-rute jalan, transportasi, dll.
Jumlah kota yang menjadi basis.
Geo politik wilayah : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa wilyah, peta geo-politik wilayah, lokasi kekuatan kota-kota yang di organisir, lokasi-lokasi kota strategis (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, penguasa, aparat, rute-rute jalan, transportasi, dll.
Jumlah kota yang menjadi basis.
I. Bentuk
Agitasi
1. Agitasi-Propaganda
tertulis
A. Agitasi dan
propaganda terbuka/umum/massal.
Untuk
aksi wilayah maka agitasi lewat poster biasanya sangat efektif untuk
mensosialisasikan tuntutan-tuntutan kita, untuk membangkitkan atmosfir
perlawanan disana. Apalagi ketika basis kita di wilayah tersebut masih lemah.
Penempelan poster harus ditempelkan di tempat-tempat strategis yaitu tempat
berkumpul massa.
B. Agitasi lewat selebaran.
Tanpa selebaran tidak mungkin ribuan,
puluhan ribu massa dapat kita organisir. Karena tidak mungkin kita mengumpulkan
ribuan massa dan membicarakan hal ini, disamping tidak aman juga tidak ada
tempat. Selebaran ini sifatnya bukan saja sebagai alat untuk agitasi dan propaganda
melainkan lewat selebaran ini stryktur agen-agen mobilisasi dibentuk/dibangun.
Lewat selebaran ini massa dapat digerakan secara TERORGANISIR, patuh dan
disiplin terhadap seluruh keputusan taktik-taktik yang kita buat. Massa
akhirnya bisa dipimpin lewat selebaran. Biasanya setelah selebaran kedua maka
massa akan mengerti bahwa ia akan dipimpin oleh selebaran. Jadi pada dasarnya
agen selebaran adalah juga agen mobilisasi sama dengan struktur mobilisasi
kita. Selebaran juga berfungsi untuk keamanan rencana aksi. Lewat selebaran
maka pertemuan-pertemuan massa dapat diperkecil. Hanya agen-agen misalnya.
Catatan : Selebaran
tidak hanya dipergunakan pada pra aksi melainkan juga pada pasca aksi hari
pertama atau untuk menggerakan aksi kembali, memperluas aksi dll.
Di
tempat-tempat didistribusikannya selebaran atau poster penting untuk dikirimkan
kawan ke lokasi ini. Tujuannya untuk menagitasi dan selanjutnya mendapatkan
kontak untuk diorganisir.
2.
Agitasi-Propaganda Oral
A. Agitasi dan Propaganda lewat pertemuan/kumpulan
Ini suatu tindakan yang
penting adalah untuk meyakinkan massa dan
mengaktifkan mereka dalam rencana kita. Karena biasanya ada
persoalan-persoalan ataupun pertanyaan dari massa akan suatu hal yang tidak ia
dimengerti. Artinya agitasi dan propaganda kita lewat selebaran harus juga
dibarengi dengan agitasi-propaganda lewat pertemuan. Lewat pertemuan kita bisa
menjelaskan tuntutan kita lebih panjang dan bisa diterima massa.
B. Agitasi dari rumah ke rumah
Agitasi –propaganda ini
berfungsi untuk mengajak kontak untuk diyakinkan dan dapat ikut serta dalam
pertemuan yang kita lakukan. Biasanya ini dipergunakan pada tahap awal
pengorganisiran atau ketika ada perluasan ke basis lain dan sifatnya masih
kontak.
II.
Pembangunan Struktur Agen Mobilisasi
Struktur agen yang kita bentuk
disesuaikan dengan struktur basis massa yang menjadi sasaran aksi . Karena ini
aksi yang sifatnya mobilisasi umum maka struktur yang dibentuk juga bukan hanya
struktur agen di basis lokal melainkan struktur agen berapa
basisi/kota/wilayah. Misalnya dalam satu wilayah maka harus ada struktur antar
kota satu dengan struktur kota lainnya. Sementara di kota tersebut juga ada
struktur antar basis.
Pembangunan agen mobilisasi aksi
wilayah sama dengan pembangunan agen dalam pengorganisiran aksi di satu basis
(pabrik/kampung/desa). Bedanya adalah dalam setiap pertemuam basis, jika kita
punya kontak massa basis lain, maka akan sangat baik kontak kita ini dapat
diikut-sertakan, karena tuntutan kita adalah tuntutan umum seluruh massa. Ini
dilakukan untuk mempercepat perluasamn basis-basis massa yang akan menjadi
pelopor untuk menggerakan satu wilayah. Bahkan pada prinsipnya seluruh massa di
satu basis HARUS selalu diingatkan bila punya kontak di basis
lain dapat diajak ikut. Setelah itu kontak ini ditugaskan untuk mengajak
kawan-kawannya dan membuat kumpulan di basisnya sendiri dan mulai membangun
struktur di basis tersebut. Untuk pemilihan terhadap siapa-siapa yang menjadi
koordinator maka pemilihan harus diusahakan dipilih oleh massa sendiri. Karena
masalah yang mengerti siapa yang terbaik dan paling berani, paling militan dan
untuk melakukan ini. Dengan pemilihan ini maka koordinator ini akan menjadi
pimpinan yang akan diakui/dipatuhi oleh mereka. Sambil membangun struktur di
satu basis, juga harus dilakukan pembangunan/pertemuan antar basis dan antar
titik-titik/konsentrasi basis kota yang menjadi sasaran. Walaupun struktur ini
bisa saja bersifat sementara karena mungkin ada pergantian.
Catatan : Setiap
koordinator harus mengetahui bagaimana menghubungi jajaran di bawahnya
(koordinator dibawahnya). Artinya ia harus mengetahui tempat tinggalnya.
III. Peta Lokasi Aksi
Sebelum beregrak harus ada pemetaan (peta) wilayah.
Dimana titik-titik sasaran yang menjadi sasaran aksi kita. Dimana basis-basis
kita, dimana massa basis-basis lain yang tidak kita organisir akan dapat
diseret dalam aksi kita. Dimana letak tujuan aksi kiat, DPRD, DPR. Depnaker,
Istana, dll. Dimana letak markas tentara/polisi yang akan di mobilisir untuk
menghentikan aksi kita. Dimana titik yang akan menjadi tempat pertemuan utama
dari titik-titik pertemuan seluruh massa. Dimana kemungkinan kita akan
dihadang, kemana kita harus mundur, kemana bila kita harus tetap sampai ke
lokasi aksi.
IV. Waktu Aksi
Waktu aksi yang tepat adalah pada saat massa berkumpul
dijalan. Misalnya jam 6.30-7.00 WIB pada saat masuk kerja. Jam berapa pelopor
harus sudah berkumpul dll. Berapa waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonsolidasikan massa di titik-titik kumpul, kapan
harus titik-titik tersebut ketemu dan kapan harus segera bergerak keluar.
Hal-hal yang harus
diperhatikan:
- Semua pekerjaan harus bersifat massal, artinya pekerjaan pengorganisiran, agitasi-propaganda, penempelan poster, pembagian selebaran harus bersifat massal, termasuk dana. Semua orang harus menjadi organisator, agitator-propagandis. Bila proses ini tidak menjadi massal bisa dipastikan sebelum aksi, bahwa kita telah gagal.
- Harus ada dua tempat : tertutup dan terbuka